Ilmu Sosisal Dasar : Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan

Oke, kali ini saya kan membahas tentang Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan, serta hubungan ketiganya di negara kita Indonesia tercinta.

Berikut merupakan penjelasan dari ketiga hal tersebut :

1. Ilmu Pengetahuan


Pengertian ilmu pengetahuaan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dariepistemologi.

Sikap Ilmiah

  • Ada rasa ingin tahu tentatng hal-hal yang belum diketahui.
  • Ingin mengerti hubungan kasual masalah yang sedang dihadapi.
  • Mencari ilmu dengan niat meningkatkan derajat hidup manusia.
  • Ingin menemukan hal-hal yang baru dan menguji efisiensi prosedur ilmiah yang ada.
  • Tahu lebih baik daripada tidak tahu.
  • Jujur, kesediaan mengakui kesalahan, mengutamakan kebenaran di atas harga diri.

Hal yang Membahayakan Sikap Ilmiah

  • Membuat generalisasi secara gegabah karena data kurang lengkap.
  • Abstraksi intelektual yang ektrim sehingga terjadi pendangkalan ilmu.
  • Penafsiran/pengambilan keputusan yang keliru yang disebabkan dengan adanya berpikir yang sempit dan terisoloasi, tanpa bisa merangkaikan hubungan kausalitas fakta-fakta yang dihadapi.
  • Plagiat.
  • Manipulasi data.
2. Teknologi



Pengertian teknologi
Teknologi bagi kita merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan alamnya.
Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani technología (τεχνολογία) ‐ TECHNE
(τέχνη), 'kerajinan' dan‐Logia (‐λογία), studi tentang sesuatu, atau cabang pengetahuan dari suatu disiplin.

Teknologi juga dapat diartikan benda‐benda yang berguna bagi manusia, seperti mesin, tetapi dapat juga mencakup hal yang lebih luas, termasuk sistem, metode organisasi, dan teknik.
Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh mencakup "teknologi konstruksi", "teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art teknologi" eknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekitarnya dalam beberapa cara.
Dalam masyarakat, teknologi telah membantu mengembangkan ekonomi yang lebih maju (termasuk ekonomi global saat ini). Tetapi banyak proses‐proses teknologi juga menghasilkan produk yang tidak diinginkan atau mengakibatkan sesuatu hal, contohnya polusi, dan menguras sumber daya alam, dengan merusak bumi dan lingkungannya.
Berbagai implementasi teknologi mempengaruhi nilai‐nilai masyarakat dan teknologi baru sering menimbulkan pertanyaan‐pertanyaan etika baru.
Contohnya meliputi munculnya gagasan tentang efisiensi dalam hal produktivitas manusia, istilah yang awalnya hanya berlaku bagi mesin, dan tantangan dari norma‐norma tradisional.

Ciri-ciri fenomena teknik pada masyarakat
Fenomena teknik pada masyarakat, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :

  • Rasionlistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
  • Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
  • Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis  menjadi kegiatan teknis.

Ciri ciri teknologi barat

  • Bersifat Intensif pada semua kegiatan manusia.
  • Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan.
  • Selalu berpikir bahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.
                             
3. Kemiskinan 


Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang

Ciri-Ciri Manusia Yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan

  • Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, keterampilan, materi.
  • Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kemampuan sendiri seperti modal untuk usaha.
  • Tingkat pendidikan yang rendah.
  • Umumnya tinggal di pedesaan sebagai pekerja bebas atau berusaha apa saja, sesuai dengan peluang yang datang.
  • Banyak yang hidup di perkotaan, namun tidak memiliki keterampilan.


Fungsi kemiskinan :

  • Fungsi Ekonomi : penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial , membuat lapangan kerja baru dan memanfaatkan pemulung dalam mengumpulkan barang bekas.
  • Fungsi sosial : Menimbulkan rasa simpatik, sehingga munculnya badan amal dan zakat untuk menolong kaum miskin yang ada.
  • Fungsi cultural : Sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat, sumber inspirasi sastawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
  • Fungsi politik : sebagai kaum yang merasakan kinerja pemerintahan dalam perbaikan ekonomi, dan sebagai kaum yang mengkritik jika perekonomian tidak mengalami perubahan.
Kesimpulan:

Ilmu pengetahuan, merupakan kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar. Ilmu pengetahuan adalah jendela dunia, dengan ilmu pengetahuan kita dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik dan benar. Dengan ilmu pengetahuan jugalah kita dapat hidup dengan mapan dan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk itulah kita disekolahkan oleh kedua orang kita sejak kita masih kecil, mulai dari playgroup sampai dengan pendidikan tinggi di Universitas. Dengan menuntut ilmu diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, kedua orang tua dan berguna di masyarakat. Namun sebenarnya menuntut ilmu pengetahuan tidak hanya didapat melalui materi-materi yang diberikan oleh guru/dosen di pendidikan formal, melainkan kita juga bisa mendapatkan ilmu memluai interaksi kita di masyarakat, bergaul satu sama lain, dan saling bertukar pikiran. Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa “Pengalaman adalah guru terbaik”  


Di negara kita Indonesia sebenarnya masih banyak yang harus di perbaiki terutama sistem pendidikannya. Mulai dari sekolah dasar, seharusnya mulai dari sinilah anak-anak sudah mulai dijuruskan apakah yang mau ia pelajari sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki anak tersebut. Mungkin pelajaran-pelajaran dasar seperti Bahasa, Matematika, dan Kewarganegaraan merupakan pelajaran yang jawib diikuti, namun tidak untuk pelajaran lain, sehingga ilmu yang didapat tidak akan sia-sia. Mengapa murid-murid sekolah dasar diharuskan untuk mempelajari materi-materi seperti IPA IPS Kesenian dan lain sebagainya? Apakah saat ia dewasa semua hal tersebut akan terpakai dalam kehidupan si anak tesebut? Bisakah anak-anak tersebut memahami semua yang diberikan oleh para guru di sekolah dasar tersebut? Jawabannya sudah pasti tidak. Contoh simpelnya seorang guru Matematika di tes untuk mengerjakan soal IPS apakah anda yakin guru Matematika tersebut mampu mengerjakan nya? Oleh karena itu, pendidikan di negara ini masih ada salahnya, seharusnya  mulai dari kecil anak-anak sudah diberikan materi pelajaran yang anak tersebut sukai, bukan menyuruhnya untuk memahami semua materi pelajaran yang tidak mungkin akan digunakan semua saat anak tersebut tumbuh dewasa. Dengan demikian potensi dalam diri anak tersebut dapat di kembangan dengan baik dan pastinya akan berguna saat dia dewasa. Dewasa ini perkembangan teknologi juga semakin maju, hal tersebut juga dapat membatu untuk lebih meningkatkan potensi yang ada dalam diri anak tersebut.





Banyak orang tua sekarang yang memaksa anaknya untuk mendapat nilai baik disekolah namun tidak melihat bakat dan potensi yang ada dalam diri anak tersebut untuk dikembangan jauh lebih baik.  Sehingga banyak anak-anak saat sudah dewasa masih belum menemukan fokus utama apa yang ia sukai dan yang akan menjadikan bakat itu sebagai alat untuk mereka mencari nafkah saat meraka tumbh dewasa. Pada akhirnya mereka hanya bekerja dan mencari nafkah dengan apa yang bukan menjadi bakat yang ia miliki. Banyak juga para lulusan sarjana yang menjadi pengangguran, karena mereka hanya mempelajari hal yang tidak perlu dan dia tidak sukai. Ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. 


Sekarang yang terpenting adalah merubah cara berfikir orang tua dalam mengasuh anak-anaknya, orangtua harus jeli melihat bakat yang terdapat pada anak-anak mereka dan memfasilitasi untuk mengembangkan bakat tersebut. Dengan demikian anak tersebut dapat tumbuh dengan bakat yang ia punya. Sehingga negara kita Indonesia dapat menjadi negara maju dengan tingkat kemiskinan rendah dengan teknologi yang memadai serta SDA dan SDM yang bermutu.

Source

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak E-Commerce terhadap Individu, Masyarakat, dan Negara

Delphi 7 - Database (Microsoft Access)

Delphi 7 - Kondisi Percabangan (If Then Else)